BOOK
Tawaf bersama rembulan
Bagaimana orang Indonesia tempo doeloe melaksanakan ibadah haji? Betulkah Pangeran Diponegoro sangat berkeinginan untuk pergi ke Tanah Suci? Mengapa para raja di zaman dulu dan para politisi di masa kini menjadikan Mekah sebagai legitimasi? Lalu, ada apa di balik gelar haji? Mengapa kedudukan mereka di masyarakat begitu tinggi?
Lewat penelusuran yang panjang, penulis menghadirkan jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas lewat cerita soal haji, dari dulu hingga kini. Kita diajak ke masa lalu, dan membayangkan betapa susahnya perjuangan orang tua kita berziarah ke Tanah Suci. Tidak lupa juga disampaikan kondisi Arab Saudi terkini, yang terus berbenah menyambut tamu Allah dari berbagai penjuru negeri. Ibadah haji memang memiliki kedudukan yang penting dan istimewa di hati umat Islam dari dulu, kini, dan nanti.
Buku karangan Muhammad Subarkah ini, mencoba menyajikan cerita tentang haji; kisah haji masa kerajaan Nusantara (Mataram, Demak, dll), Kolonial Belanda, dan politik di masa sekarang. Buku ini tak ubahnya sebuah catatan perihal kekhasan ibadah haji orang nusantara, khususnya Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Aceh. Haji dalam pandangan suku-suku tentu tidak sama. Seperti haji orang Jawa yang lebih, untuk kalangan raja, ingin melegitimasi kata sultan di depan namanya kepada Musyanif Mekah. Untuk kalangan priyayi dijadikan sebagai upaya untuk mempererat hubungan bilateral Arab dan Nusantara (Indonesia). Terlepas dari itu, haji hanya menjadi kewajiban beragama Islam saja.
Tidak tersedia versi lain