BOOK
Sadness : teman bersedih
“Kebahagiaan selalu didambakan, sedangkan kesedihan selalu disingkirkan.”
Yang selalu dilupakan manusia.
Padahal mereka memiliki rasa.
Entah mengapa,
Demikian kenyataannya.
Apakah yang ingin dirasakan
manusia hanya bahagia saja?
Aku juga bingung dengannya.
Yang egois dalam mengelola rasa.
Dasar aku, kamu, kita semua.
Buku Sadness Teman Bersedih mengajak kita untuk adil terhadap rasa. Tidak perlu malu untuk bersedih. Bisa jadi ia jalan menuju bahagia. Yang penting tidak berlebihan. Jangankan sedih, bahagia pun bila berlebihan hasilnya tidak akan baik.
Review Buku by beningpertiwi.com
Di bagian awal buku, dibuka dengan mengulik sisi pribadi, ‘Aku dan Kamu’ dan juga cara memahaminya. Ibarat perjalanan, pada bab-bab berikut dijabarkan lebih luas dan lebih dalam, bahwa kesedihan ternyata bisa ada dan muncul dari berbagai hal.
Bahwa kesedihan bukanlah hal yang baru atau asing. Bahwa kesedihan ibarat dua sisi mata uang dengan kebahagiaan, bukan hal yang harus dipisahkan ataupun dihilangkan dengan cara apapun.
Apakah kamu mengira, kalau dengan bersedih kita menjadi lemah, sehingga tidak diperhitungkan kehebatannya? Apakah tolak ukur kebahagiaan adalah ketika hidup tanpa masalah, tanpa gundah, tanpa keluh kesah, tanpa lelah, tanpa perih?
Merasakan apa yang seharusnya dirasakan ya, kesedihan adalah sesuatu yang memang seharusnya dirasakan tiap manusia. Bukan untuk kemudian tenggelam di dalamnya. Bukan pula untuk ditutup-tutupi seolah tidak terjadi apapun. Tapi diterima, dinikmati dan disadari kalau semua memang wajar, normal. Bersedih bukan berarti kelemahan.
Tidak tersedia versi lain